Pengantar: Achmad Rifki
Merayakan Cahaya
Madani International Film Festival (2025) tahun ini memasuki tahun kedelapan. Setiap tahunnya Madani merespons isu-isu yang berkembang di dunia Islam maupun persoalan kemanusiaan pada umumnya. Mulai dari Coexistence (2018), Reconcile (2019), Re(dis)covery (2020), Light (2021), Ufuk (2022), Buhul (2023), Marwah (2024), dan pada tahun ini, Misykat, yang diselenggarakan pada 8-12 Oktober 2025.
Misykat adalah respons Madani terhadap awan gelap yang tengah menyelubungi kita, baik di Indonesia maupun dunia dengan berbagai tragik kemanusiaan. Misykat atau ceruk/relung cahaya, kami ambil dari ayat Al-Quran Surah An-Nur ayat 35. Di tengah awan gelap, kita bukan hanya perlu menyalakan cahaya, tapi lebih dari itu mengumpulkan, memberi wadah, dan mengarahkannya.
Seluruh program Madani Fest 2025 dikurasi dengan spirit menjadi wadah cahaya untuk bersama mengarahkannya menuju titik terang. Tahun ini spesial karena selain pemutaran 95 film panjang maupun pendek, 14 pertunjukan, Madani juga menggelar 45 diskusi dan 5 workshop dengan berkolaborasi dengan 31 komunitas, lembaga swadaya masyarakat, dan kampus.
Berbagai film yang diputar pun menggambarkan misykat. Sebagai film pembuka, di tengah genosida dan krisis kemanusiaan yang terus berlangsung di Palestina, Madani Fest memutar film “All That's Left of You” (2025). Film besutan sutradara Cherien Dabis, tentang sejarah luka, trauma, perlawanan, mimpi juga harapan tiga generasi keluarga Palestina.
Selain film Palestina, Madani Fest mengangkat focus country/region dataran Sahel, Afrika, untuk menandai kesadaran dekolonisasi yang terus bergeliat. Dataran Sahel juga adalah pusat peradaban Islam, khususnya di Timbuktu dan Gao.
Madani Fest memandang penting percakapan mengenai terkait Muslim di Asia Tenggara yang dapat menyumbang diplomasi budaya tingkat global. Madani menampilkan beberapa karya sineas kawasan, antara lain, dari Malaysia, Thailand, dan Brunei. Juga, menghadikan Rizal van Geyzel, stand up comedian asal Malaysia, dalam special performance di Madani.
Madani Fest juga memilih film-film Garin Nugroho sebagai bahan Retrospeksi untuk menyusuri jejaknya selama 44 Tahun berkarya. Utamanya, dalam pasang surut dan dinamika perubahan narasi kebangsaan serta peran Islam kultural.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Madani juga membuka pintu bagi filmmaker dari berbagai belahan dunia untuk mengirmkan karyanya, baik itu untuk Short Movie Competition, Feature Film, Madani Kids, Madani Shorts. Tahun ini ada 1711 karya yang masuk dari berbagai negara untuk berpatisipasi dalam Madani Fest 2025 ini. Untuk Short Movie Competition ada empat pemenang yang dipilih oleh 3 tim juri (Philip Cheah [Singapura], Sajid Varda [UK], Natalie Stuart [UK]).
Sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat Jakarta Kota Sinema, Madani membuat serial diskusi untuk menjadi masukan (policy brief) bagi pemerintah Jakarta. Tak hanya itu, Madani juga menggadakan berbagai diskusi dengan berkolaborasi dengan berbagai komunitas sebagai bagian dari mewadahi cahaya dan bersama memancarkannya. Dengan upaya membangun pengetahuan bersama, formasi-formasi sosial lebih kukuh untuk aktivasi kewargaan, dan aktivasi ruang-ruang kota untuk membangun terang bagi semua warga.
Terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Jakarta, Dinas Kebudayaan Jakarta, Bappeda Jakarta, yang mendukung penuh Madani 2025 ini. Penghargaan tulus juga kami sampaikan kepada Dewan Kesenian Jakarta, khususnya Komite Film, atas dukungannya yang setia kepada Madani Fest. Terakhir, daripada mengutuk gelap, mari nyalakan, gelorakan, dan rayakan cahaya. Sejatinya kegelapan itu tidak ada, yang ada adalah ketiadaan cahaya. Kezaliman juga tiada, yang ada adalah ketiadaan keadilan. Melalui Madani Fest 2025, bersama-sama kita menyalakan, menggelorakan dan merayakan cahaya. [ ]
---
Achmad Rifki
(Direktur Madani Fest 2025)

